Firdaus Choir
SEMARANG (23/5) - Merambah di kategori Folklore (Lagu Rakyat) Firdaus Choir Unissula berhasil merebut skor tertinggi untuk Medali Perak di Lomba Paduan Suara Sapta Gita USM Ke-9 Sabtu (21/5) lalu. Lomba berskala nasional ini diikuti kurang lebih 60 paduan suara se-Indonesia. Beberapa kategori yang dilombakan antara lain Kategori SD, SMP, SMA, Perti/Umum, Populer, Female, Male, dan Folklore (Lagu Rakyat).

Paduan Suara Mahasiswa Unissula (Firdaus Choir) membawakan 3 lagu dalam kategori Folklore. Lagu pertama yang dibawakan adalah Nunggang Pit yang berasal dari Jawa Tengah, lagu tersebut menceritakan tentang seorang pemuda yang baru mendapatkan sepeda baru. Lagu kedua adalah Soleram berasal dari Riau, dan lagu ketiga berasal dari Bali dengan judul Meplalian.

Berhasil memukau penonton di penampilan terakhir, Firdaus Choir kantongi medali perak dengan skor tertinggi 234,2 poin. Adapun beberapa paduan suara yang mengikuti kategori ini diantaranya, PSM UPN Veteran Yogyakarta, PSM Unnes, PSM Chandelier, PSM FKM Undip, PSM FIB Undip, PSM Hukum Unnes, PSM UIN Malang, PSM UNY, PSM Totalwin, PSM ITI dan masih banyak lagi.

Suatu kebanggaan bagi PSM Unissula Firdaus Choir untuk pertama kalinya mengikuti kompetisi di Kategori Folklore dapat memberikan persembahan terbaik. Harapannya, di kompetisi mendatang bisa menjadi cambuk dan penyemangat untuk lebih giat berlatih lagi (Dikutip dari Instagram @firdauschoir).
MAHASISWA PUNYA CERITA
"Refleksi Peran Mahasiswa Dalam Peringatan Hari Kebangkitan Nasional"

Oleh: Muhammad Dias Saktiawan

Buletin Edisi 01
Jumat, 13 Mei 2016

Assalamu'alaikum wr. wb

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat yang terus menerus di berikan kepada kita. Tak henti-hentinya kita selalu merasa hina di hadapanNya sehingga kita senantiasa meningkatkan kualitas taqwa kita. Shalawat beriring salam senantiasa kita kirimkan dalam setiap nafas kita atas junjungan umat manusia terbaik yang pernah di ciptakan Allah SWT, Rasulullah Muhammad SAW, sahabat, keluarga dan pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman dan mari sejenak kita mengangkat tangan seraya meminta agar kita termasuk pengikut setianya sehingga kelak mendapat syafaatnya. Aamiin

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, kita selalu menemukan tinta emas sejarah yang seluruhnya menempatkan pemuda khususnya mahasiswa pada posisi sentral atas perubahan yang terjadi. Pemuda sejak ratusan tahun yang lalu tepatnya pada tahun 1333 Masehi kita mulai disuguhkan cerita pemuda ksatria yang bernama Gadjah Mada dimasa kerajaan Majapahit dengan sumpahnya yang fenomenal, “Saya tidak akan bersenang-senang, sebelum menyatukan Nusantara”.Sumpah tersebut dinamakan Sumpah Palapa. Bahkan konon si Ksatria Gadjah Mada rela takkan menikah jika sumpahnya belum terwujud.

Lanjutan cerita setelahnya, untuk merealisasikan sumpah Gadjah Mada tersebut, kita tentu tak lupa peran para siswa STOVIA (Sekolah Kedokteran masa Kolonial) diantaranya Sutomo dan Gunawan Mangunkusumo atas inisiatif dan anjuran dari dr. Wahidin Sudirohusodo, seorang dokter lulusan STOVIA berhasil mendirikan organisasi pemuda pertama yang dikenal dengan sebutan Boedi Oetomo (BO) pada tanggal 20 Mei 1908, yang kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Peristiwa penting inilah yang menunjukkan awal peran intelektual muda dalam membangkitkan kesadaran nasionalisme dalam melawan segala bentuk penindasan dan kolonialisasi yang terjadi diatas tanah pertiwi.

Tidak berhenti sampai disitu, 20 tahun selanjutnya (28 Oktober 1928) sejarah kembali mencatat bahwa generasi muda dari berbagai penjuru tanah air (Jong Java, Jong Sumatera Bond, Jong Kalimantan, Jong Celebes, dan Jong Ambon) berkumpul dengan mengikrarkan sebuah sumpah yang dikenal dengan “Sumpah Pemuda”. Sumpah inilah yang menjadi tonggak berdirinya bangsa Indonesia. Bahkan pada tahun 1945 disaat detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kaum muda kembali mendesak Bung Karno dan Bung Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan menculiknya dibawa ke Rengasdengklok. Kemudian sejarah berkembang hingga ke tahun 1965 dimana kekuasaan Ir. Soekarno telah melebihi ambang batas dengan mulai menerapkan konsep Nasakom (Nasionalis, Agamis, Komunis) dan organisasi kiri bernama PKI mulai melakukan pemberontakan dimana-mana yang mengancam kedaulatan NKRI. Sehingga pemuda yang dikala itu sudah dikenal dengan sebutan Mahasiswa atas inisiasi Mar’ie Muhammad (Wakil Ketua Umum Pengurus Besar HMI) berkumpul dengan membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dengan tiga tuntutannya yang dikenal dengan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura), yaitu: “Bubarkan PKI, Turunkan harga-harga, dan bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI”.

Kemudian perjalanan kita berangkat pada tahun 1998 dimana rezim orde baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto telah melakukan kediktatoran selama 32 tahun yang bahkan membuat tidak hanya harga beras yang murah, dimasa itu pula harga nyawa begitu murah. Rezim dimana suara dan kritikan dibungkam dengan ancaman kematian dan penculikan bagi pelanggarnya, lagi-lagi yang menjadi solusinya adalah saat para mahasiswa berkumpul dan melakukan penentangan hingga akhirnya berujung pada terbukanya keran reformasi bangsa ini.

Sederet cerita singkat diatas, mestinya mampu menginspirasi kita betapa penting dan berperannya para pemuda khususnya mahasiswa intelektual muda dalam mengisi kemerdekaan. Sehingga hal ini menjadi koreksi untuk mahasiswa masa kini yang kian tahun kian memudar perjuangannya. Bahkan Mantan Ketua MPR RI, Amien Rais yang pernah menjadi ikon gerakan reformasi 1998, dalam sebuah seminar mahasiswa pada tahun 2005 beliau mengungkapkan bahwa gerakan mahasiswa pasca kejatuhan Soeharto yang dulu bersemangat, kini telah “Mati Suri”. Aksi demonstrasi untuk kepentingan rakyat kini tak banyak digelar, dan mahasiswa lebih dibelenggu oleh kemewahan hidup akibat kapitalisme.

Koreksi juga perlu berangkat dari dalam ruang-ruang organisasi saat ini. Saat dimana predikat baik suatu organisasi ditentukan seberapa banyaknya kegiatan dan program kerja yang berhasil dilaksanakan menjadikan ukuran keberhasilan suatu organisasi. Hal ini kemudian berakibat adanya pembiaran yang dilakukan oleh para aktivis mahasiswa atas kebijakan-kebijakan yang jelas-jelas merugikan baik kebijakan dari luar maupun dalam kampus. Bahkan terkesan takut menyampaikan kebenaran didepan publik karena khawatir itu akan menjadi alasan mahasiswa mendapatkan intervensi dari pihak-pihak yang sebenarnya juga khawatir dengan jabatan yang dipangkunya.
Organisasi mahasiswa yang bertujuan untuk mengekspresikan potensi dan mengasah kemampuan mahasiswa  haruslah kembali pada khittah dimana tinta sejarah membuktikan pemuda khususnya mahasiswa selalu berada dalam garda terdepan perubahan bangsa. Teriakan perjuangan yang selalu di sampaikan sejak 1908, 1928, 1945 hingga di tahun 60an sampai pada reformasi 1998 nyaris punah tereliminasi oleh ego pribadi serta budaya hidup yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan hidup di atas segalanya hingga berujung pada sikap apatis. Juga mahasiswa sejatinya tidak hanya menyibukkan diri dalam aktivitas akademiknya saja. Melainkan juga harus dapat membuka mata dan cepat tanggap atas segala ketimpangan yang ada. Mahasiswa seperti inilah yang kita namakan sebagai mahasiswa khaira ummah.

Mahasiswa Khaira Ummah adalah mahasiswa yang selalu mencegah adanya kemungkaran yang melintas didepan matanya. Sebagai mahasiswa, selain aktif dalam bidang akademik dan penelitian, mahasiswa Khaira Ummah juga harus aktif dalam menyuarakan kebenaran dengan turun kejalan serta melakukan evaluasi yang ini semua merupakan bentuk komitmen statusnya sebagai agent social of control. Ia tidak pernah menutup mata atas segala bentuk penindasan dan kemungkaran yang terjadi. Terakhir, dengan ini kukatakan "Bismillah, membangun Mahasiswa Khaira Ummah”
Slamet Setioboro - Mawapres Unissula
SEMARANG (24/4) - Slamet Setioboro, pria kelahiran Kolaka 21 Oktober 1993 ini singkirkan puluhan Mahasiswa Berprestasi di Jawa Tengah dengan skor tertinggi 95. Mahasiswa Teknik Sipil 2012 ini menjadi Juara 1 Mawapres tingkat Kopertis VI Jawa Tengah. Bukan hal mudah pria yang biasa di sapa Slamet ini untuk bisa menjadi jawara dalam ajang tersebut. Sebelumnya dia harus mengikuti seleksi di tingkat Universitas dan setelah dinyatakan juara, Slamet masih harus membuat video presentasi karya tulis ilmiah dalam Bahasa Inggris. Dengan usaha yang keras untuk menghadapi juri yang berkompeten, Mahasiswa beasiswa Cerdas Sultraku dan Double Degree SPI ini akhirnya mampu menunjukkan hasilnya kepada Juri.

Mawapres merupakan ajang kompetisi bergengsi yang dilaksanakan tahunan oleh Dikti dengan penilaian aspek hardskill dan softskill. Kedua skill tersebut dinilai melalui Karya Tulis Ilmiah, Prestasi Unggulan, Keaktifan Organisasi, dan Transkip Akademik. Selain itu, aspek kepribadian juga menjadi salah satu poin penting dalam penilaian.

Pemanfaatan Limbah Nikel Untuk Meningkatkan Kualitas Jalan Raya di Indonesia Timur adalah Judul Karya Ilmiah yang mengantarkan Slamet menjadi Juara Mawapres. Atas perolehan ini, Slamet dan 3 Besar Mawapres lainnya dari UMP, UMS, dan UPGRIS berhak melaju ke kompetisi Mawapres tingkat Nasional bulan Juli mendatang. Slamet berharap, Unissula bisa lolos ke 5 besar Nasional.
Pengurus BEM PT Unissula Kabinet Perubahan periode 2016/2017
SEMARANG (11/4) - Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi (BEM-PT) Universitas Islam Sultan Agung Semarang adaakan Upgrading dan Musyawarah Kerja (Muker) yang bertempat di Vina House Semarang 9-10 April lalu. Acara yang diadakan selama dua hari ini sebagai langkah awal BEM PT Unissula dalam merancang program kerja setiap kementerian sebelum akhirnya dijalankan selama masa periode 2016/2017. Upgrading dan Muker diikuti oleh seluruh Badan Pengurus Harian, Kementerian, dan Staff Kementerian BEM PT Unissula.

Hari pertama acara dibuka oleh Wakil Rektor III Bapak Sarjuni S.Ag, M.Hum. Dalam sambutannya beliau berpesan kepada seluruh pengurus baru BEM PT Unissula, agar musyawarah kerja yang diadakan menghasilkan manfaat bagi semua dan keputusan yang terbaik dalam program kerja yang akan dilaksanakan. Beliau juga berharap agar setelah acara ini berlangsung, pengurus baru BEM PT Unissula dapat pula meningkatkan dan memperbaharui ilmu yang didapat dengan ide dan pikiran yang baru serta inovatif.

Acara ini mendatangkan dua pemateri yang berkompeten di bidangnya. Pemateri pertama diisi oleh Bapak Nuridin yang berkesempatan untuk memberikan ilmu mengenai Manajemen Organisasi. Ilmu ini penting untuk dimiliki setiap pengurus karena untuk menjalankan setiap program kerja dalam kementerian harus diatur dengan baik. Beliau juga menyampaikan tentang amanah yang telah dilimpahkan kepada pengurus BEM PT Unissula periode 2016/2017 untuk mampu mengemban dengan baik.

Bapak Nuridin memberikan materi kepada seluurh Pengurus Baru BEM PT Unissula
Materi selanjutnya diisi oleh Bapak Ferry Firmawan, Ph.D yang menjelaskan Kepemimpinan Dalam Islam. Dalam penyampaian materi ini beliau ingin bertransaksi pikiran dengan para mahasiswa agar dapat menyerap dengan baik. Dimulai dengan semangat berhijrah dalam QS Annisa ayat 100. Menurut beliau berhijrah adalah yang penting seperti Hijrah Penampilan yaitu dengan membangun keakraban, lalu Hijrah Performa yaitu perubahan mental dalam segala hal, logika dan normatik. kemduian Hijrah Pemahaman Islam dan Penerapan Iman dan yang terakhir adalah Hijrah Pembebanan Kapasitas Keilmuan. Beliau menyampaikan kepada pengurus BEM PT Unissula agar tidak menjadi spesialis tapi jadilah generalis yang dikenal dengan prestasinya, karena apa yang kita lakukan baik atau buruk akan dikenang oleh orang banyak.
Pemberian kenang-kenangan oleh Presiden BEM PT Unissula (kanan) kepada Bapak Ferry Firmawan (kiri)
Setelah pemateri menyampaikan materinya pada acara Upgrading ini, BEM PT Unissula juga memberikan kenang-kenangan dan ucapan terimakasih kepada para pemateri yang sudah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada pengurus BEM PT Unissula periode 2016/2017. Usai upgrading, seluruh Kementerian mempresentasikan setiap program kerjanya selama satu periode.
Tim Robotik Unissula
SEMARANG (4/4) - Syukur Alhamdulillah Tim Robotik Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) mnejadi Juara Umum pada Kontes Robot  International dalam ajang Trinity College International Fire Fighting Home Robot Contest 2-3 April 2016 di Oosting Gymnasium Trinity College Athletic Center, Harford, Amerika Serikat.

Tim yang terdidi dari Faisal Aminuddin (Ketua tim), La Ode Muhammad Idris, dan Ahmad Zuhri membawa empat robot yang terdiri dari dua robot pemadan api beroda Khaum I dan Khaum II serta dua robot pemadam api berkaki Sultan Agung 1 dan Sultan Agung II.

Menjadi wakil dari Indonesia bersama Universitas Sriwijaya, Tim Robotik Unissula berhasil menyabet Juara Umum setelah memborong Juara I dan II pada kategori senior, Juara I dan II pada kelas Robot Pemadam Api Berkaki, dan meraih penghargaan Grand Performance pada level 2 dan 3.

Tim bersaing dengan 80 kontestan lainnya dari berbagai negara seperti Tiongkok, Israel, Indonesia dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat. Idris menuturkan jerih payah siang malam mempersiapkan robot untuk bersaing di Amerika akhirnya membuahkan hasil maksimal.

"Banyak kendala yang dialami tim baik selama persiapan maupun pada saat menjalani lomba di Amerika Serikat. Salah satu kendala yang paling berat adalah perubahan rules yang mendadak, hal ini membuat kesiapan menjelang lomba menjadi terganggu. Bahkan sehari menjelang lomba ada perubahan peraturan baru sehingga robot yang sudah dibuat harus disetting ulang dan bahkan tim sempat kesulitan untuk mendapatkan komponen yang dibutuhkan karena berada di negara yang baru pertama dikunjungi" Ungkap idris yang dikutip dari website unissula.

Diberdayakan oleh Blogger.